Hotel Bintang 5 Magelang Ini Dulu Bekas Stasiun Kereta


Dulunya bekas stasiun kereta, tapi kini adalah hotel bintang 5 di Magelang. Tebak apa?





MesaStila namanya, berlokasi di Desa Losari, Grabag, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. detikcom bersama rombongan Media Gathering Forwapar 2019 dan Kementerian Pariwisata menginap di hotel itu dari tanggal 10-12 Juli 2019.





Angin berhembus di sore itu ketika kami tiba. Hawa dingin mulai mengelilingi. Tea afternoon oleh hotel sedikit menghangatkan suasana.





Kembali ke pintu gerbang, kami disambut pepohonan rindang dan gerombolan pohon bambu yang menjulang tinggi kehijauan. Asri, itulah kesan pertama.





Memasuki bangunan pertama kami ada di layanan pelayanan barang. Adalah rumah tua bekas Stasiun Mayong, Jepara yang milik KAI dan masih 95% persen asli. Hanya beberapa bagian bangunan saja yang diganti karena dimakan usia.





Bergerak sedikit keluar, pemandangan sore itu sungguh indah. Langit cerah memperlihatkan bahwa resor MesaStila dikelilingi beberapa gunung, yang terlihat adalah Andong, Telomoyo dan Merbabu.





Lebih lanjut di lokasi afternoon tea atau penyambutan tamu yang akan menginap, bangunan yang digunakan adalah bangunan pertama di resor ini bernama The Club House 1928. Usianya, hampir 100 tahun dan memang sudah direnovasi di beberapa bagian.





MesaStila sendiri memiliki konsep wellness retreat yang berfokus pada kesehatan. Namun kini sudah dikombinasikan dengan pelayanan reguler biasa yang memiliki bar dan lebih toleran.





"Dulu wilayah punya Belanda 1920-an milik Van de Swan. Hanya seluas 6-7 hektar. Lalu, kebun ini dijual ke orang Indonesia kemudian dibeli lagi oleh orang Italia tahun 1990-an lalu disulap jadi resor oleh Gabriela," kata Yoyok salah satu staf MesaStila.





"Hanya ada 1 bangunan dulu yang paling tengah," imbuh dia.





Kamar-kamar di sini berupa vila sebanyak 23 buah. Bangunannya adalah rumah bedolan rumah Jawa jenis Joglo yang diperoleh dari Semarang, Bawen, Solo, Demak hingga Kudus. Stasiun Mayong, Jepara tadi adalah bangunan dari tahun 1983 dan juga hanggar.





"Kepemilikan oleh KAI. Tapi bisa tetap di sini untuk perawatan. Lalu menyoal konsep, hanya berjalan dua tahun wellness retreat. Paket itu tetap ada dan di mix room and brekfeast," jelas Yoyok.





Pada 2008, MesaStila kembali dimiliki oleh orang Indonesia. Vila-vila untuk menginap dan bangunan pendukung lainnya menempati 11 hektar dari total 22 hektar luas lahan.





"Selebihnya, ada kandang kambing, kebun sayur, dan kebun kopi yang mencakup jenis ekselsa atau liberica, arabika, robusta dan kopi jawa," urai Yoyok.





Untuk diketahui, saat musim liburan MesaStila biasa diinapi pengunjung sebanyak 800-1.000 orang. Mereka yang datang biasanya dari Italia dan Prancis.





"Tapi sekarang sudah banyak yang dari Belanda dan negara Eropa lain. Mereka biasanya memang mencari ketenangan di sini," kata staf MesaStila lainnya.





"Biasanya mereka yang ke sini menginap selama dua malam. Atau kalau mau paket kesehatan selama seminggu," tambahnya.


Posting Komentar

0 Komentar